Senin, 09 Maret 2009


Doa Sang Jenderal
Pada masa Perang Dunia Kedua, tepatnya bulan Mei 1952, seorang
jenderal kenamaan, Douglas Mac Arthur, menulis sebuah puisi untuk
putra tercintanya yang saat itu baru berusia 14 tahun.

Puisi tersebut mencerminkan harapan seorang ayah kepada anaknya. Ia
memberi sang anak puisi indah yang berjudul "Doa untuk Putraku". Inilah isi puisi tersebut:

Doa untuk Putraku

Tuhanku...

Bentuklah putraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui
kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam
ketakutan

Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan

Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan

Bentuklah putraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-
citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja

Seorang putra yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri
adalah landasan segala ilmu pengetahuan

Tuhanku...

Aku mohon, janganlah pimpin putraku di jalan yang mudah dan lunak.
Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan,
kesulitan dan tantangan

Biarkan putraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan
senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin
dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang
lain

Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa
melupakan makna tangis duka

Putra yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah

namun tak pernah melupakan masa lampau

Dan, setelah semua menjadi miliknya...

Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-
sungguh namun tetap mampu menikmati hidupnya

Tuhanku...

Berilah ia kerendahan hati...

Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...

Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...

Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan
berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia"

Pembaca yang budiman,

Puisi yang ditulis oleh Jenderal Douglas MacArthur tersebut
merupakan sebuah puisi yang luar biasa. Puisi itu adalah sebuah
cermin seorang ayah yang mengharapkan anaknya kelak mampu menjadi
manusia yang ber-Tuhan sekaligus mampu menjadi manusia yang tegar,
tidak cengeng, tidak manja, dan bertanggung jawab atas kehidupannya
sendiri.

Seperti contoh sepenggal puisi di atas yg berbunyi: "Janganlah
pimpin putraku di jalan yang mudah dan lunak, tuntunlah dia di jalan
yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan." Puisi ini
menunjukkan bahwa sang jenderal sadar tidak ada jalan yang rata
untuk kehidupan sukses yang berkualitas.

Seperti kata mutiara yang tidak bosan saya ucapkan: "Kalau Anda
lunak pada diri sendiri, kehidupan akan keras terhadap Anda. Namun,
kalau Anda keras pada diri sendiri, maka kehidupan akan lunak
terhadap Anda."

Untuk itu, jangan kompromi atau lunak pada sikap kita yang
destruktif, merusak, dan cenderung melemahkan. Maka, senantiasalah
belajar bersikap tegas dan keras dalam membangun karakter yang
konstruktif, membangun, demi menciptakan kehidupan sukses yang
gemilang, hidup penuh kebahagiaan! !

Selamat berjuang!!!
Salam sukses luar biasa!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan yoo..